PERBANDINGAN STANDAR AKUNTANSI NEGARA INDONESIA DAN JEPANG
A. STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA
Standar akuntansi adalah suatu metode dan format baku dalam
penyajian informasi laporan keuangan suatu kegiatan usaha. Standar akuntansi dibuat,
disusun dan disahkan oleh lembaga resmi (Standard
Setting Body). Di dalam standar ini dijelaskan transaksi apa saja
yang harus dicatat; bagaimana cara mencatatnya dan bagaimana penyajiannya.
Standar akuntansi ini adalah permasalah utama akuntan dan semua
pengguna laporan yang memiliki kepentingan terhadapnya. Oleh karena itu, metode
dan format penyusunan standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan. Standar akuntansi ini akan berubah dan berkembang sesuai
tuntutan di masyarakat.
Standar akuntansi di Indonesia saat berkembang menjadi 4 (empat)
yang dikenal dengan 4 Pilar Standar Akuntansi. Keempat pilar standar tersebut
disusun dengan mengikuti perkembangan dunia usaha. Empat pilar standar itu
adalah:
1. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK)
SAK digunakan untuk suatu badan yang memiliki akuntanbilitas
publik, yaitu badan yang terdaftar atau masih dalam proses pendaftaran di pasar
modal atau badan fidusia (badan usaha yang menggunakan dana masyarakat, seperti
asuransi, perbankan dan dana pensiun). Sejak tahun 2012, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) mengadopsi standar dari International Financial Report
Standard (IFRS) untuk
standar akuntansi keuangan yang berlaku di seluruh perusahaan terdaftar yang
ada di Indonesia.
2. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BADAN USAHA TANPA AKUNTABILITAS
PUBLIK (SAK-ETAP)
SAK ETAP digunakan untuk suatu badan yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan
umum. SAK-ETAP juga mengikuti standar yang ditetapkan oleh IFRS khususnya
bidang Small Medium Enterprise (Usaha Kecil Menengah).
SAK-ETAP ini dikeluarkan sejak tahun 2009 dan berlaku efektif pada tahun 2011.
SAK-ETAP pada dasarnya adalah penyederhanaan SAK IFRS. Beberapa
penyederhanaan yang terdapat dalam SAK-ETAP adalah:
- Tidak ada Laporan Laba / Rugi Komprehensif.
- Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud dan propersi investasi setelah tanggal perolehan hanya menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai revaluasi atau nilai wajar.
- Tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan. Beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak.
Badan usaha yang menggunakan SAK-ETAP dalam laporan auditnya
menyebutkan laporan keuangan badan usaha telah sesuai dengan SAK-ETAP. SAK-ETAP
memiliki manfaat, yaitu apabila diterapkan dengan tepat, diharapkan unit usaha
kecil dan menengah mampu membuat laporan tanpa harus dibantu oleh pihak lain
dan dapat dilakukan audit terhadap laporannya tersebut.
Sasaran SAK-ETAP ini memang ditujukan untuk jenis Usaha Kecil
dan Menengah, namun tidak banyak pengusaha UKM yang memahami hal ini. Perlu
adanya sosialisasi dan pelatihan untuk SAK-ETAP ini agar UKM dapat berkembang
dan dipercaya oleh investor.
3. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH (SAK SYARIAH)
Standar ini digunakan untuk badan usaha yang memiliki transaksi
syariah atau berbasis syariah. Standar ini terdiri atas keraengka konseptual
penyusunan dan pengungkapan laporan, standar penyajian laporan keuangan dan
standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah, murabahah, salam, ijarah
dan istishna.
Bank syariah menggunakan dua standar dalam menyusun laporan
keuangan. Sebagai badan usaha yang memiliki akuntabilitas publik signifikan,
bank syariah menggunakan PSAK, sedangkan untuk transaksi syariahnya menggunakan
PSAK Syariah.
Akuntansi syariah memang salah satu cabang akuntansi yang
tergolong baru. Tidak banyak orang yang mengetahui penerapan prinsip-prinsip
syariah ke dalam bidang akuntansi. Sehingga perlu adanya sosialisasi dan
pelatihan tentang cabang terbaru bidang akuntansi.
4. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP)
SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP), dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan
dan disusun mengacu kepada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Standar
ini digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan, baik pusat
ataupun daerah. SAP disusun dan disahkan oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintah (KSAP SAP). SAP berbasis akrual ditetapkan dalam PP No. 71 Tahun
2010. Instansi masih diperkenankan menggunakan PP No. 24 Tahun 2005, SAP
berbasis kas menuju akrual sampai tahun 2014.
SAP berbasis kas menuju akrual menggunakan basis kas untuk
penyusunan laporan realisasi anggaran dan menggunakan basis akrual untuk
penyusunan neraca. Pada SAP berbasis akrual, laporan realisasi anggaran tetap
menggunakan basis kas karena akan dibandingkan dengan anggaran yang disusun
dengan menggunakan basis kas, sedangkan laporan operasional yang melaporkan
kinerja badan usaha disusun dengan menggunakan basis akrual.
Standar Akuntansi Pemerintahan ini berbeda dengan 3 jenis
standar akuntansi sebelumnya. Pengguna SAP biasanya terbatas di kalangan
pemerintahan saja. Sehingga publikasi laporan keuangan bidang pemerintahan
tidak terbuka seperti laporan keuangan perusahaan.
B. STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
IFRS (INTERNATIONAL FINANCIAL ACCOUNTING STANDARD)
1. PENGERTIAN
IFRS
merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International
Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional
(International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama
dunia yaitu:
a.
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB)
b.
Komisi Masyarakat Eropa (EC)
c.
Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC)
d.
Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC).
2. TUJUAN IFRS
a. Memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan.
b. Mengandung informasi berkualitas tinggi yang transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan.
c. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
d. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
3. MANFAAT IFRS
a. Meningkatkan daya banding laporan keuangan.
b. Memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal Internasional.
c. Menghilangkan hambatan arus modal Internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.
d. Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.
e. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practice.
Jadi walaupun Indonesia harus menyesuaikan standard keuangan dengan IFRS namun hal ini akan mempermudah untuk pelaporan keuangan meskipun aka nada perubahan-perubahan dalam penyusunan laporan keuangan itu sendiri yang bersifat menyuluruh.
a. Memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan.
b. Mengandung informasi berkualitas tinggi yang transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan.
c. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
d. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
3. MANFAAT IFRS
a. Meningkatkan daya banding laporan keuangan.
b. Memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal Internasional.
c. Menghilangkan hambatan arus modal Internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.
d. Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.
e. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practice.
Jadi walaupun Indonesia harus menyesuaikan standard keuangan dengan IFRS namun hal ini akan mempermudah untuk pelaporan keuangan meskipun aka nada perubahan-perubahan dalam penyusunan laporan keuangan itu sendiri yang bersifat menyuluruh.
4. KARAKTER
IFRS
IFRS menggunakan “Principles Base” yaitu lebih menekankan Interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut Standard membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi Membutuhkan professional judgement pada penerapan standard akuntansi.
IFRS juga menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif harus melakukan penilaian sendiri atau menggunakan jasa penilai. Selain itu IFRS mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak baik kuantitatif maupun kualitatif.
IFRS menggunakan “Principles Base” yaitu lebih menekankan Interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut Standard membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi Membutuhkan professional judgement pada penerapan standard akuntansi.
IFRS juga menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif harus melakukan penilaian sendiri atau menggunakan jasa penilai. Selain itu IFRS mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak baik kuantitatif maupun kualitatif.
C. STANDAR AKUNTANSI DI JEPANG
Di Jepang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
mencerminkan gabungan berbagai pengaruh domestik dan internasional. Untuk
memahami akuntansi di Jepang, seseorang harus memahami budaya, praktik usaha
dan sejarah Jepang.
Di Jepang
perusahaan–perusahaan saling memiliki ekuitas saham satu sama lain. Investasi
yang saling bertautan ini menghasilkan konglomerasi industry yang meraksasa
yang disebut sebagai keiretsu. Modal usaha keiretsu ini sedang dalam perubahan
seiring dengan reformasi structural yang dilakukan Jepang untuk mengatasi
stagnasi ekonomi. Pada akhir tahun 1990-an untuk membuat kesehatan ekonomi
perusahaan-perusahaan Jepang menjadi semakin transparan dan membawa Jepang
lebih dekat dengan standar internasional.
1. REGULASI DAN PENEGAKAN
ATURAN AKUNTANSI
Pemerintah nasional
masih memiliki pengaruh paling signifikan terhadap akuntansi di Jepang.
Regulasi akuntansi didasarkan pada tiga UU : Hukum Komersil, UU Pasar Modal dan
UU Pajak Penghasilan. Hukum ini disebut sebagai “sistem hukum segitiga”.
Berdasarkan Hukum
Komersial, laporan keuangan dan skedul pendukung bagi perusahaan berukuran
kecil dan menengah harus diaudit hanya oleh auditor wajib. Auditor wajib tidak
perlu memiliki kualifikasi professional dan dipekerjakan oleh perusahaan secara
purna waktu. Audit wajib memiliki focus utama pada tindakan–tindakan manajemen
yang diambil oleh para direktur dan melakukan tugasnya sesuai dengan aturan
hukum.
Penetapan standar
akuntansi di Jepang terjadi pada tahun 2001 dengan pembentukan Badan Standar
Akuntansi Jepang dan lembaga pengawas yang terkait dengannya yang dikenal
dengan Lembaga Standar Akuntansi Keuangan. Sebagai organisasi sektor swasta
yang independen ASJB diharapkan agar menjadi lebih kuat dan lebih transparan
dan tidak terpengaruh oleh tekanan politik dan bertujuan khusus. ASJB juga
bekerja sama dengan IASB dalam mengembangkan IFRS.
2. PELAPORAN KEUANGAN
Perusahaan yang
didirikan menurut Hukum Komersial diwajibkan untuk menyusun laporan wajib yang
harus mendapat persetujuan dalam rapat tahunan pemegang saham, yang berisi
hal–hal berikut :
• Neraca
• Laporan Laba Rugi
• Laporan Usaha
• Proposal atas Penentuan
Penggunaan (apropriasi) Laba Ditahan
• Skedul Pendukung
Pengukuran Akuntansi
Hukum Komersial
mewajibkan perusahaan–perusahaan besar untuk menyusun laporan konsolidasi.
• Akun perusahaan secara
terpisah merupakan dasar bagi laporan konsolidasi dan umumnya prinsip akuntansi
yang sama digunakan untuk keduanya.
• Anak perusahaan
dikonsolidasikan jika induk perusahaan secara langsung dan tidak langsung
mengendalikan kebijakan keuangan dan operasionalnya.
• Goodwill diukur
menurut dasar nilai wajar aktiva bersih yang diakuisisi dan diamortisasi selama
maksimum 20 tahun.
• Metode ekuitas
digunakan untuk investasi pada perusahaan afiliasi ketika induk dan anak
perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan keuangan dan
operasionalnya.
• Persediaan dinilai
sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya atau pasar, namun biaya yang
paling banyak digunakan.
• Biaya penelitian dan
pengembangan dibebankan pada saat terjadinya.
3. BERBAGAI ARGUMENTASI TENTANG IFRS DI JEPANG
Pendapat pemerintah
Perusahaan Jepang
menghasilkan dua satuan laporan keuangan meturut dua hukum : Kode Perdagangan
dan Hukum Pertukaran Surat-Surat berharga. Internasional Standard lebih
menyeluruh mengenai tingkat pengungkapan yang diperlukan. Sebagai contoh:
1. Kuh Perdagangan
Jepang tidak memerlukan penyingkapan suatu laporan arus kas dan statemen bagian
pemegang saham, dimana itu diperlukan untuk standard internasional.
2. Perencanaan
penyisihan laba dan laporan tambahan ( seperti surat-surat berharga, aktiva
tetap, akun modal, dan rekening cadangan) diperlukan di bawah Kuh Dagang Jepang
tetapi tidaklah diperlukan di bawah Standard Internasional.
3. Di bawah Kuh Dagang,
hanya perusahaan besar diperlukan untuk menyingkapkan laporan konsolidasi,
sedangkan standard internasional memerlukan penyingkapan laporan konsolidasi
dengan mengabaikan ukuran perusahaan.
4. Kuh Dagang memerlukan
penyingkapan tentang laporan keuangan satu tahun, tetapi standard internasional
memerlukan penyingkapan komparatif laporan keuangan dari beberapa tahun.
5. Catatan tambahan
terbatas di bawah Kuh Dagang tetapi itu adalah bagian penting dalam
pengungkapan dalam standard internasional.
Salah satu alasan untuk
menentang pemaksaan standard internasional, FSA negara, adalah bahwa standar
internasional tidak diterima sebagai suatu praktek bahkan di Amerika Serikat
menerapkan Standar Akuntansi Internasional untuk perusahaan domestik dan
perusahaan asing yang sesuai dan adil.
4. OPINI DARI SEKTOR PRIBADI
Organisasi Ekonomi
Federasi Jepang (yang kita kenal dengan Keindanren di Jepang) juga mengambil
sikap yang negatif dengan standarisasinya. Dan pada tanggal 24 Juli 2003, Sir
David Tweedie, Pemimpin rapat IASB yang mengunjungi Keidanren menyatakan:
Tujuan dari IASB untuk
membentuk keseragaman standar akuntansi yang berkualitas tinggi yang digunakan
di semua pasar dunia. Tapi kenyataannya banyak orang kehilangan dasrb
akuntansinya di berbagai negara di dunia dan yang disayangkan juga kejadian di
U.S serta Krisis Keuangan di Negara Asia. Itulah yang menyebabkan IASB untuk
menyeragamkan Standar Akuntansi Internasional.
Permasalahan Tahun 2005
MOF Memorandum
menjelaskan permasalahan yang di duga terjadi di Jepang ketika Uni Eropa
mengambil standar baru ditahun 2005. Uni Eropa menentukan dengan pasti yang
wajib dibuat untuk perusahaan dan juga untuk umum. Dan Perdagangan Uni Eropa (E
U) menggunakan IFRS dan standar ini di persiapkan untuk Laporan Keuangan
Konsolidasi pada Januari 2005. inti dari permasalahannya adalah kenaikan modal
di Uni Eropa.
Syarat Pengungkapan Di Pasar Jepang Dengan
Perbedaan Standar Akuntansi
Karena Keunikan dari
Standar Akuntansi Jepang dan IFRS memunculkan 3 perbedaan pengungkapan yang
diciptakan di pasar Jepang:
1. Standar Akuntansi
dasar di Jepang
2. Standar Akuntansi
Dasar dengan Negara Asing
3. Standar dari IFRS
Artikel analisis MOF
termasuk dalam masalah potensial untuk menyatakan jepang dengan Standart
Akuntansi Internasional. Berbagai standar pasar jepang yang diungkapkan dibawah
ini:
Kasus Perusahaan Luar
Negeri
1. Langkah perusahaan
luar negeri dengan standart jepang menurut hukum yang ada di jepang.
2. Langkah Perusahaan
Luar Negeri denagn Satndart dalam negeri atau Standart tiga negara menurut
hokum yang ada dijepang.
3. Gambaran tentang
perusahaan Luar Negeri yang menggunakan IFRS
IFRS tidak menemukan
definisi lain Standart dalam Negeri dan Standart tiga negara.
Dualitas Regulasi Akuntansi Di Jepang
Kode Perdagangan
mengatur prosedur–prosedur akunting korporat untuk tujuan utama menentukan
secara akurat jumlah modal yang ada untuk dividen juga posisi kreditor yang
tidak akan berbahaya karena hambatan properti korporat dari banyaknya
distribusi dividen. Kode Perdagangan ini menegakkan periode profit dan metode
kalkulasi rugi dan template saldo neracanya dipersiapkan langsung dari
buku-buku akunting oleh sarana metode derivatif.
Meskipun detail regulasi
mengenai akunting korporasi bisa ditemukan dalam Kode Perdagangan, aturan Kode
Perdagangan dari Regulasi-Regulasi Mengenai Buku-Buku Perdagangan dan
Kementerian Ordinansi Kehakiman diterapkan untuk item-item yang tidak
didefinisikan secara spesi Hukum Pertukaran Sekuritas mendalilkan istilah,
format dan metode-metode yang digunakan untuk persiapan saldo neraca,
pernyataan profit dan rugi dan dokumen –dokumen lain yang berhubungan dengan
kalkulasi finansial. Item-item ini dikirimkan menurut penggunaan yang wajar dan
masuk akal termin, format dan metode persiapan yang ditentukan dalam Ordinansi
MOF.
Dari sudut pandang yang
lebih praktis, dokumen–dokumen kalkulasi finansial menyediakan informasi
penting berkaitan dengan evaluasi–evaluasi sekuritas yang bisa dinegosiasikan
dan perusahaan yang menerbitkan saat itu membagikan penempatan ataupenawaran
perdana saham. Ordinansi ini mendukung pembuatan investigasi administratif
lebih lancar dan semakin cepat. Ordinansi meningkatkan kewajaran transaksi
dengan menyediakan representasi lebih akurat sementara memudahkan mereka untuk
ditangani dalam cara lebih halus melalui format rasional yang melancarkan
analisis-analisis lebih cepatu penawaran perdana saham.
Hukum Pertukaran
Sekuritas ini diperkenalkan setelah Perang Dunia II dan ditujukan untuk
mengkopi hukum yang sama ditetapkan pada 1933 dan 1934 di Amerika Serikat.
Asumsi dasar dari otoritas pekerjaan dalam menyarankan legislasi korporat baru
dan sekuritas-sekuritas bekerja baik di Amerika Serikat namun juga bekerja di
Jepang.
5. ISU LEGENDA
Catatan penting untuk
adopsi Standar-Standar Akunting Internasional di Jepang adalah beberapa
pernyataan finansial diharuskan memasukkan sebuah legenda yang diminta oleh
Amerika Serikat. Seseorang bisa menunjukkan masalah lain dengan praktik-praktik
akunting Jepang. Pada Agustus 1995 laporan tahunan Dana Moneter Internasional,
administrasi kebijakan Jepang dituduh gagal untuk menggunakan ukuran efektif
untuk memperbaharui kelambatan sistem perbankan, lebih jauh dikatakan “menunggu
tidak akan memulihkan kerugian, namun malah menambahnya” dan IMF meminta Jepang
mengambil tindakan cepat untuk mengkoreksi masalah-masalah bank ini. Laporan
ini juga menyatakan bahwa : (1) mekanisme pasar yang sekiranya membantu
depositor dan investor untuk menyeleksi bank-bank yang tidak bekerja karena
penyingkapan yang tidak memadai dari pengoperasian informasi bank-bank; dan (2)
penting bagi pemegang saham untuk menuntut kesempurnaan aturan yang lebih jelas
ringkas menentukan bagaimana dana-dana ini perlu diamankan untuk membersihkan
hutang yang menimbulkan masalah bank, termasuk reksadana.
Berbagai masalah yang
timbul di Jepang dari perusahaan domestik dan internasional karena sistem
akuntansi di Jepang berbedadari standar internasional. Bahkan ’penjualan’,
standar akuntansi di Jepang tidak jelas dan proses penjelasan secara spesifik
kebiasaan industri. Ditengah-tengah ekspansi dari pasar modal yang melintasi
batas nasional, hak isolasi pasar Jepang dari negara asing untuk melanjutkan
masalah standar akuntansi yang bersifat merugikan semua investor dan kerja sama
di dunia, sebagai perampasan investor dunia dari pilihan yang berharga dan pilihan
menambah simpanan terbatas untuk kerja sama.
Keunggulan dan kelemahan perusahaan Jepang yang
mengadopsi standar akuntansi internasional
Di dalam negeri,
perusahaan Jepang terbebani dengan kebutuhan untuk menyiapkan dua macam laporan
keuangan untuk menyesuaikan persyaratan legal antara commercial code dan hukum
pertukaran sekuritas. Dengan mengadopsi standar internasional mereka akan
terbebas dari beban tersebut.
Bagaimanapun, metode
akuntansi di Jepang sangat unik, perusahaan di Jepang mencoba menerima keuangan
internasional yang diminta untuk memperlihatkan informasi
performanyaberdasarkan standar negara asing, atau memperlihatkan metodologinya
untuk menyesuaikan perbedaan standarnya. Ini akan menjadi rintangan yang besar
untuk perusahaan di Jepang karena mereka akan sulit mengefisiensi biaya
tambahan di pasar luar negeri.
Sebagai tambahan,
pelaporan keuangan perusahaan cabang luar negeri, dipersiapkan berdasarkan
standar negara asing yang akan dikonsolidasi dengan pelaporan keuangan
perusahaan induk yang berdasarkan standar di Jepang. Ini merupakan perwujudan
pasti untuk melawan tujuan internasional untuk menyeragamkan standar akuntansi.
Keunggulan bagi perusahaan asing yang bermaksud
untuk menambah simpanan di Jepang
Perusahaan asing yang
membolehkan mengajukan pelaporan keuangan dimana dipersiapkan berdasarkan ”home
country standard” atau “third country standard” ke MOF. Bagaimanapun FSA
menilai pelaporan tersebut untuk menilai jika dokumen menghindar dari resiko
kompromi perlindungan investor domestik Jepang. Proses ini, tentu saja,
menempatkan beban berat dalam kerja sama asing. Sebagai data, perusahaan asing
mungkin mencoba menambah simpanan di pasar lain selain Jepang. Dengan memakai
standar internasional dapat mengurangi masalah dan seharusnya menyelidiki lebih
lanjut dengan tujuan yang ada dalam pikiran.
6. KEUNGGULAN BAGI PERUSAHAAN ASING YANG MELAKUKAN BISNIS DI JEPANG
Pelaporan keuangan
membutuhkan pengajuan ke MOF oleh perusahaan asing yang melakukan bisnis di
Jepang sekarang ini membutuhkan persiapan berdasarkan prinsip akuntansi Jepang.
Ini menempatkan beban berat pada kerja sama internasional. Perusahaan tersebut
juga harus mempersiapkan dokumen keuangan berdasarkan standar untuk pelaporan
kuarter utama mereka di negara asing.
Pertimbangan untuk masalah
ini, mengganti standar akuntansi Jepang ke standar internasional adalah solusi
yang ideal. Bagaimanapun, standar akuntansi Jepang tidak diciptakan semalaman,
tetapi dari cerita masa lalu yang panjang dan melibatkan berbagai macam
regulasi. Itu merupakan faktor lain, tergantung dari kultur dan pengertian
tentang nilai, itu dapat mencegah konversi lain dari proses efisiensi. Standar
yang akan diadopsi dari standar akuntansi internasional, tinjauan tentang
hubungan hukum lain, seperti hukum komersial, hukum pergantian sekuritas, dan
hukum pajak, yang dibutuhkan.
Konsekuensinya,
pengadopsian yang cepat tentang standar akuntansi internasional kurang
terpikirkan, kesempatan itu akan berpindah secara perlahan. Ini juga masalah
yang harus dipertimbangkan dan di pecahkan di semua proses dari
internasionalisasi total di dalam perekonomian di Jepang.
Di Jepang perusahaan–perusahaan saling memiliki ekuitas saham satu sama lain. Investasi yang saling bertautan ini menghasilkan konglomerasi industry yang meraksasa yang disebut sebagai keiretsu. Modal usaha keiretsu ini sedang dalam perubahan seiring dengan reformasi structural yang dilakukan Jepang untuk mengatasi stagnasi ekonomi. Pada akhir tahun 1990-an untuk membuat kesehatan ekonomi perusahaan-perusahaan Jepang menjadi semakin transparan dan membawa Jepang lebih dekat dengan standar internasional.
Pemerintah nasional masih memiliki pengaruh paling signifikan terhadap akuntansi di Jepang. Regulasi akuntansi didasarkan pada tiga UU : Hukum Komersil, UU Pasar Modal dan UU Pajak Penghasilan. Hukum ini disebut sebagai “sistem hukum segitiga”.
Berdasarkan Hukum Komersial, laporan keuangan dan skedul pendukung bagi perusahaan berukuran kecil dan menengah harus diaudit hanya oleh auditor wajib. Auditor wajib tidak perlu memiliki kualifikasi professional dan dipekerjakan oleh perusahaan secara purna waktu. Audit wajib memiliki focus utama pada tindakan–tindakan manajemen yang diambil oleh para direktur dan melakukan tugasnya sesuai dengan aturan hukum.
Penetapan standar akuntansi di Jepang terjadi pada tahun 2001 dengan pembentukan Badan Standar Akuntansi Jepang dan lembaga pengawas yang terkait dengannya yang dikenal dengan Lembaga Standar Akuntansi Keuangan. Sebagai organisasi sektor swasta yang independen ASJB diharapkan agar menjadi lebih kuat dan lebih transparan dan tidak terpengaruh oleh tekanan politik dan bertujuan khusus. ASJB juga bekerja sama dengan IASB dalam mengembangkan IFRS.
Perusahaan yang didirikan menurut Hukum Komersial diwajibkan untuk menyusun laporan wajib yang harus mendapat persetujuan dalam rapat tahunan pemegang saham, yang berisi hal–hal berikut :
• Neraca
• Laporan Laba Rugi
• Laporan Usaha
• Proposal atas Penentuan Penggunaan (apropriasi) Laba Ditahan
• Skedul Pendukung
Pengukuran Akuntansi
Hukum Komersial mewajibkan perusahaan–perusahaan besar untuk menyusun laporan konsolidasi.
• Akun perusahaan secara terpisah merupakan dasar bagi laporan konsolidasi dan umumnya prinsip akuntansi yang sama digunakan untuk keduanya.
• Anak perusahaan dikonsolidasikan jika induk perusahaan secara langsung dan tidak langsung mengendalikan kebijakan keuangan dan operasionalnya.
• Goodwill diukur menurut dasar nilai wajar aktiva bersih yang diakuisisi dan diamortisasi selama maksimum 20 tahun.
• Metode ekuitas digunakan untuk investasi pada perusahaan afiliasi ketika induk dan anak perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan keuangan dan operasionalnya.
• Persediaan dinilai sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya atau pasar, namun biaya yang paling banyak digunakan.
• Biaya penelitian dan pengembangan dibebankan pada saat terjadinya.
Perusahaan Jepang menghasilkan dua satuan laporan keuangan meturut dua hukum : Kode Perdagangan dan Hukum Pertukaran Surat-Surat berharga. Internasional Standard lebih menyeluruh mengenai tingkat pengungkapan yang diperlukan. Sebagai contoh:
1. Kuh Perdagangan Jepang tidak memerlukan penyingkapan suatu laporan arus kas dan statemen bagian pemegang saham, dimana itu diperlukan untuk standard internasional.
2. Perencanaan penyisihan laba dan laporan tambahan ( seperti surat-surat berharga, aktiva tetap, akun modal, dan rekening cadangan) diperlukan di bawah Kuh Dagang Jepang tetapi tidaklah diperlukan di bawah Standard Internasional.
3. Di bawah Kuh Dagang, hanya perusahaan besar diperlukan untuk menyingkapkan laporan konsolidasi, sedangkan standard internasional memerlukan penyingkapan laporan konsolidasi dengan mengabaikan ukuran perusahaan.
4. Kuh Dagang memerlukan penyingkapan tentang laporan keuangan satu tahun, tetapi standard internasional memerlukan penyingkapan komparatif laporan keuangan dari beberapa tahun.
5. Catatan tambahan terbatas di bawah Kuh Dagang tetapi itu adalah bagian penting dalam pengungkapan dalam standard internasional.
Salah satu alasan untuk menentang pemaksaan standard internasional, FSA negara, adalah bahwa standar internasional tidak diterima sebagai suatu praktek bahkan di Amerika Serikat menerapkan Standar Akuntansi Internasional untuk perusahaan domestik dan perusahaan asing yang sesuai dan adil.
Organisasi Ekonomi Federasi Jepang (yang kita kenal dengan Keindanren di Jepang) juga mengambil sikap yang negatif dengan standarisasinya. Dan pada tanggal 24 Juli 2003, Sir David Tweedie, Pemimpin rapat IASB yang mengunjungi Keidanren menyatakan:
Tujuan dari IASB untuk membentuk keseragaman standar akuntansi yang berkualitas tinggi yang digunakan di semua pasar dunia. Tapi kenyataannya banyak orang kehilangan dasrb akuntansinya di berbagai negara di dunia dan yang disayangkan juga kejadian di U.S serta Krisis Keuangan di Negara Asia. Itulah yang menyebabkan IASB untuk menyeragamkan Standar Akuntansi Internasional.
MOF Memorandum menjelaskan permasalahan yang di duga terjadi di Jepang ketika Uni Eropa mengambil standar baru ditahun 2005. Uni Eropa menentukan dengan pasti yang wajib dibuat untuk perusahaan dan juga untuk umum. Dan Perdagangan Uni Eropa (E U) menggunakan IFRS dan standar ini di persiapkan untuk Laporan Keuangan Konsolidasi pada Januari 2005. inti dari permasalahannya adalah kenaikan modal di Uni Eropa.
Karena Keunikan dari Standar Akuntansi Jepang dan IFRS memunculkan 3 perbedaan pengungkapan yang diciptakan di pasar Jepang:
1. Standar Akuntansi dasar di Jepang
2. Standar Akuntansi Dasar dengan Negara Asing
3. Standar dari IFRS
Artikel analisis MOF termasuk dalam masalah potensial untuk menyatakan jepang dengan Standart Akuntansi Internasional. Berbagai standar pasar jepang yang diungkapkan dibawah ini:
Kasus Perusahaan Luar Negeri
1. Langkah perusahaan luar negeri dengan standart jepang menurut hukum yang ada di jepang.
2. Langkah Perusahaan Luar Negeri denagn Satndart dalam negeri atau Standart tiga negara menurut hokum yang ada dijepang.
3. Gambaran tentang perusahaan Luar Negeri yang menggunakan IFRS
IFRS tidak menemukan definisi lain Standart dalam Negeri dan Standart tiga negara.
Kode Perdagangan mengatur prosedur–prosedur akunting korporat untuk tujuan utama menentukan secara akurat jumlah modal yang ada untuk dividen juga posisi kreditor yang tidak akan berbahaya karena hambatan properti korporat dari banyaknya distribusi dividen. Kode Perdagangan ini menegakkan periode profit dan metode kalkulasi rugi dan template saldo neracanya dipersiapkan langsung dari buku-buku akunting oleh sarana metode derivatif.
Meskipun detail regulasi mengenai akunting korporasi bisa ditemukan dalam Kode Perdagangan, aturan Kode Perdagangan dari Regulasi-Regulasi Mengenai Buku-Buku Perdagangan dan Kementerian Ordinansi Kehakiman diterapkan untuk item-item yang tidak didefinisikan secara spesi Hukum Pertukaran Sekuritas mendalilkan istilah, format dan metode-metode yang digunakan untuk persiapan saldo neraca, pernyataan profit dan rugi dan dokumen –dokumen lain yang berhubungan dengan kalkulasi finansial. Item-item ini dikirimkan menurut penggunaan yang wajar dan masuk akal termin, format dan metode persiapan yang ditentukan dalam Ordinansi MOF.
Dari sudut pandang yang lebih praktis, dokumen–dokumen kalkulasi finansial menyediakan informasi penting berkaitan dengan evaluasi–evaluasi sekuritas yang bisa dinegosiasikan dan perusahaan yang menerbitkan saat itu membagikan penempatan ataupenawaran perdana saham. Ordinansi ini mendukung pembuatan investigasi administratif lebih lancar dan semakin cepat. Ordinansi meningkatkan kewajaran transaksi dengan menyediakan representasi lebih akurat sementara memudahkan mereka untuk ditangani dalam cara lebih halus melalui format rasional yang melancarkan analisis-analisis lebih cepatu penawaran perdana saham.
Hukum Pertukaran Sekuritas ini diperkenalkan setelah Perang Dunia II dan ditujukan untuk mengkopi hukum yang sama ditetapkan pada 1933 dan 1934 di Amerika Serikat. Asumsi dasar dari otoritas pekerjaan dalam menyarankan legislasi korporat baru dan sekuritas-sekuritas bekerja baik di Amerika Serikat namun juga bekerja di Jepang.
Catatan penting untuk adopsi Standar-Standar Akunting Internasional di Jepang adalah beberapa pernyataan finansial diharuskan memasukkan sebuah legenda yang diminta oleh Amerika Serikat. Seseorang bisa menunjukkan masalah lain dengan praktik-praktik akunting Jepang. Pada Agustus 1995 laporan tahunan Dana Moneter Internasional, administrasi kebijakan Jepang dituduh gagal untuk menggunakan ukuran efektif untuk memperbaharui kelambatan sistem perbankan, lebih jauh dikatakan “menunggu tidak akan memulihkan kerugian, namun malah menambahnya” dan IMF meminta Jepang mengambil tindakan cepat untuk mengkoreksi masalah-masalah bank ini. Laporan ini juga menyatakan bahwa : (1) mekanisme pasar yang sekiranya membantu depositor dan investor untuk menyeleksi bank-bank yang tidak bekerja karena penyingkapan yang tidak memadai dari pengoperasian informasi bank-bank; dan (2) penting bagi pemegang saham untuk menuntut kesempurnaan aturan yang lebih jelas ringkas menentukan bagaimana dana-dana ini perlu diamankan untuk membersihkan hutang yang menimbulkan masalah bank, termasuk reksadana.
Berbagai masalah yang timbul di Jepang dari perusahaan domestik dan internasional karena sistem akuntansi di Jepang berbedadari standar internasional. Bahkan ’penjualan’, standar akuntansi di Jepang tidak jelas dan proses penjelasan secara spesifik kebiasaan industri. Ditengah-tengah ekspansi dari pasar modal yang melintasi batas nasional, hak isolasi pasar Jepang dari negara asing untuk melanjutkan masalah standar akuntansi yang bersifat merugikan semua investor dan kerja sama di dunia, sebagai perampasan investor dunia dari pilihan yang berharga dan pilihan menambah simpanan terbatas untuk kerja sama.
Di dalam negeri, perusahaan Jepang terbebani dengan kebutuhan untuk menyiapkan dua macam laporan keuangan untuk menyesuaikan persyaratan legal antara commercial code dan hukum pertukaran sekuritas. Dengan mengadopsi standar internasional mereka akan terbebas dari beban tersebut.
Bagaimanapun, metode akuntansi di Jepang sangat unik, perusahaan di Jepang mencoba menerima keuangan internasional yang diminta untuk memperlihatkan informasi performanyaberdasarkan standar negara asing, atau memperlihatkan metodologinya untuk menyesuaikan perbedaan standarnya. Ini akan menjadi rintangan yang besar untuk perusahaan di Jepang karena mereka akan sulit mengefisiensi biaya tambahan di pasar luar negeri.
Sebagai tambahan, pelaporan keuangan perusahaan cabang luar negeri, dipersiapkan berdasarkan standar negara asing yang akan dikonsolidasi dengan pelaporan keuangan perusahaan induk yang berdasarkan standar di Jepang. Ini merupakan perwujudan pasti untuk melawan tujuan internasional untuk menyeragamkan standar akuntansi.
Perusahaan asing yang membolehkan mengajukan pelaporan keuangan dimana dipersiapkan berdasarkan ”home country standard” atau “third country standard” ke MOF. Bagaimanapun FSA menilai pelaporan tersebut untuk menilai jika dokumen menghindar dari resiko kompromi perlindungan investor domestik Jepang. Proses ini, tentu saja, menempatkan beban berat dalam kerja sama asing. Sebagai data, perusahaan asing mungkin mencoba menambah simpanan di pasar lain selain Jepang. Dengan memakai standar internasional dapat mengurangi masalah dan seharusnya menyelidiki lebih lanjut dengan tujuan yang ada dalam pikiran.
Pelaporan keuangan membutuhkan pengajuan ke MOF oleh perusahaan asing yang melakukan bisnis di Jepang sekarang ini membutuhkan persiapan berdasarkan prinsip akuntansi Jepang. Ini menempatkan beban berat pada kerja sama internasional. Perusahaan tersebut juga harus mempersiapkan dokumen keuangan berdasarkan standar untuk pelaporan kuarter utama mereka di negara asing.
Pertimbangan untuk masalah ini, mengganti standar akuntansi Jepang ke standar internasional adalah solusi yang ideal. Bagaimanapun, standar akuntansi Jepang tidak diciptakan semalaman, tetapi dari cerita masa lalu yang panjang dan melibatkan berbagai macam regulasi. Itu merupakan faktor lain, tergantung dari kultur dan pengertian tentang nilai, itu dapat mencegah konversi lain dari proses efisiensi. Standar yang akan diadopsi dari standar akuntansi internasional, tinjauan tentang hubungan hukum lain, seperti hukum komersial, hukum pergantian sekuritas, dan hukum pajak, yang dibutuhkan.
Konsekuensinya, pengadopsian yang cepat tentang standar akuntansi internasional kurang terpikirkan, kesempatan itu akan berpindah secara perlahan. Ini juga masalah yang harus dipertimbangkan dan di pecahkan di semua proses dari internasionalisasi total di dalam perekonomian di Jepang.
Komentar
Posting Komentar